
Dunia penerbangan burung dipenuhi keajaiban, salah satunya adalah migrasi jarak jauh. Sekitar 20% spesies burung melakukan perjalanan epik ini, mengalami tantangan dan bahaya yang luar biasa.
Angsa Kepala Bergaris (Anser indicus) terbang melewati Himalaya, mencapai ketinggian 7.000 meter dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Meskipun populasinya menurun, spesies ini masih tergolong aman menurut IUCN.
Great Snipe (Gallinago media) menunjukkan kecepatan luar biasa dalam migrasinya dari Skandinavia ke Afrika sub-Sahara. Meskipun gemuk sebelum migrasi, burung ini mampu terbang hingga 97 km/jam tanpa bantuan angin, namun populasinya terancam karena hilangnya habitat.
Godwit (Limosa lapponica) memegang rekor penerbangan non-stop terpanjang, yaitu lebih dari 11.000 km dari Alaska ke Selandia Baru. Meskipun memiliki jangkauan luas, beberapa subpopulasi terancam akibat hilangnya habitat.
Kedidi Merah (Calidris canutus) menempuh perjalanan 15.000 km dari Amerika Selatan ke Arktik Kanada. Aktivitas manusia, seperti pembangunan pesisir dan penangkapan kepiting tapal kuda berlebihan, mengancam keberlangsungan spesies ini.
Penguin Adelie (Pygoscelis adeliae) menunjukkan bahwa migrasi tidak selalu berarti terbang. Mereka menempuh jarak rata-rata 13.000 km setiap tahun, mengikuti matahari di Antartika untuk mencari makan.
Burung Short-tailed Shearwater (Puffinus tenuirostris) melakukan perjalanan 30.000 km mengelilingi Samudra Pasifik. Kemampuannya beradaptasi dengan baik untuk meluncur di atas air membantunya dalam migrasi panjang ini.
Terakhir, Dara-laut Arktik (Sterna paradisaea) menempuh migrasi terpanjang, yaitu 90.000 km setiap tahun dari kutub utara ke kutub selatan. Sepanjang hidupnya, total jarak yang ditempuh setara dengan perjalanan ke bulan dan kembali lebih dari tiga kali.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah menyimak artikelnya, silahkan berikan komentar anda terkait ini...